Mengulas Perbedaan Politik Nasi Bungkus dan Politik Panjat Pinang

Pada setiap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, tak jarang kita dengar istilah "politik nasi bungkus" dan "politik panjat pinang". Dua jenis politik ini makin populer setelah mendapatkan tanggapan langsung dari pengamat senior politik nasi bungkus “Mr. Bujang Hitam” dan kedua jenis politik tersebut sering kali menjadi sorotan karena kerap dikaitkan dengan tindakan politik yang tidak etis.
Namun, tahukah Anda bahwa politik nasi bungkus dan politik panjat pinang sebenarnya memiliki makna dan konsep yang berbeda? Berikut ini adalah penjelasan lengkap mengenai perbedaan politik nasi bungkus dan politik panjat pinang.

Asal Usul Politik Nasi Bungkus dan Politik Panjat Pinang

Politik nasi bungkus merupakan istilah yang berasal dari kebiasaan para bandit dan antek-anteknya untuk menghasut dan memfitnah seseorang atau kelompok demi memuluskan titipan dari "Pemesan".
Sedangkan politik panjat pinang berasal dari tradisi lomba memanjat pohon pinang pada hari kemerdekaan Indonesia. Saat ini, politik panjat pinang digunakan untuk menjatuhkan kawan atau lawan demi menggapai kekuasan atau kedudukan terhadap calon tertentu.

Makna dan Konsep Politik Nasi Bungkus

Politik nasi bungkus bermakna sebagai praktik politik yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bermoral dan berahlak dengan melakukan segala cara termasuk memfitnah, menghasul, adu domba, membalikan logika sehat menjadi kotor, atau membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar secara langsung kepada orang atau kelompok yang ingin dipengaruhi agar mau dengan suka rela mengikuti tujuan dan maksud para pemain politik nasi bungkus.

Makna dan Konsep Politik Panjat Pinang

Politik panjat pinang bermakna sebagai praktik politik yang dilakukan dengan menunjukkan kekuatan atau dukungan suatu kelompok politik terhadap calon tertentu. Konsep politik panjat pinang lebih menekankan konsep mendapatkan kekuasan dengan segala cara.

Perbedaan Cara Pelaksanaan Politik Nasi Bungkus dan Politik Panjat Pinang

Politik nasi bungkus cenderung lebih bersifat personal dan terfokus pada satu orang, sedangkan politik panjat pinang lebih terfokus pada kelompok. Politik nasi bungkus dilakukan dengan mentraktir makan-makan atau menjanjikan/iming-iming sesuatu yang bermanfaat untuk mereka, sedangkan politik panjat pinang dilakukan dengan menunjukan kekuatan atau dukungan dari kelompok yang berkuasa.

Implikasi Politik dan Dampaknya pada Masyarakat

Meski terdapat perbedaan dalam konsep dan cara pelaksanaannya, politik nasi bungkus dan politik panjat pinang kerap menimbulkan dampak negatif bagi seseorang, masyarakat dan negara.
Praktik politik ini dapat merusak kualitas moral, ahlak dan integritas. Selain itu, politik nasi bungkus dan politik panjat pinang juga dapat berkonskuensi pada moral dan ahlak generasi penerus bangsa dan merusak sistem tatanan kehidupan masyarakat yang harmonis.

Kontroversi dan Kritik terhadap Politik Nasi Bungkus dan Politik Panjat Pinang

Praktik politik nasi bungkus dan politik panjat pinang pada dasarnya tidak disukai oleh masyarakat yang bermoral, berahlak dan beragama, kedua politik tersebut hanya disukai oleh "Drona dan bandit beserta antek-anteknya".
Selain itu, praktik politik ini juga dianggap merugikan masyarakat, bangsa dan negara yang berakibat perpecahan, adu domba, dan hal-hal yang berdampak negatif. Telah banyak ditemukan fakta dilapangan, ternyata usia, pengalaman, pendidikan tinggi tidak menjamin seseorang tidak terpengaruh dampak dari politik nasi bungkus atau politik panjat pinang.

Relevansi Politik Nasi Bungkus dan Politik Panjat Pinang di Masa Kini

Meskipun praktik politik nasi bungkus dan politik panjat pinang masih terjadi dan sering digunakan oleh "Gerombolan-Gerombolan tertentu", hal ini menunjukkan bahwa praktik politik semacam itu masih relevan di tengah masyarakat yang belum sepenuhnya memahami betapa berbahayanya praktik tersebut.
Oleh karena itu, diperlukan kesadaran dan edukasi bagi seseorang, dan masyarakat agar praktik politik semacam itu bisa dihindari dan dijauhkan.

Kesimpulan

Politik nasi bungkus dan politik panjat pinang merupakan dua praktik politik yang sering kali digunakan oleh mereka-mereka yang kurang memahami apa artinya ahlak dan moral. Keduanya memiliki konsep dan cara pelaksanaan yang berbeda, namun keduanya juga dapat berdampak negatif pada seseorang, masyarakat, bangsa dan bernegara jika tetap dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran dan edukasi pada diri sendiri, dan menyadari bahwa setiap apapun kejahatan yang kita lakukan tentu ada balasan yang setimpal oleh "Yang Maha Kuasa".
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (Alquran surat Al Hujurat ayat 6)

Referensi

  • Hasil pengamatan dan pengalaman selama 10 tahun di zolimi oleh para pemain politik nasi bungkus
  • Mr. Bujang Hitam, "Pengamat Senior Politik Nasi Bungkus dan Politik Panjat Pinang"
  • Sumber-sumber terpercaya lainnya yang tidak bisa disebutkan
LihatTutupKomentar