Sejarah Jembatan Ampera Beserta Keistimewaannya

Sumber: Dimas Agung Saputra
Jembatan Ampera, simbol kota Palembang, berada di tengah-tengah kota dan jembatan ampera menghubungkan dua daerah yang dipisahkan oleh Sungai Musi. Jembatan ini dibangun pada tahun 1962 dengan dana yang diambil dari perampasan perang Jepang. 
Pada awalnya, jembatan ini diberi nama Jembatan Soekarno sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa presiden saat itu, namun nama tersebut diubah menjadi Jembatan Ampera yang merupakan singkatan dari Amanat Penderitaan Rakyat yang menjadi slogan bangsa Indonesia pada tahun 1960. 

Sejarah Jembatan Ampera

Jembatan Ampera adalah sebuah jembatan yang terletak di Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia. Jembatan ini dibangun pada tahun 1965 dan diresmikan pada tahun 1965. Jembatan ini menghubungkan wilayah Kota Palembang dengan wilayah selatan kota, yaitu Jakabaring. 
Jembatan ini menjadi ikon kota Palembang dan menjadi salah satu jembatan tertua di Indonesia. Jembatan ini menjadi salah satu jembatan yang paling penting di Sumatera Selatan karena posisinya yang strategis dan menjadi jalur utama transportasi dari kota Palembang ke wilayah sekitarnya.
Sumber: Dimas Agung Saputra
Menurut Sejarawan dan Budayawan Sumatra Selatan (Sumsel), Vebri Al Lintani, ide untuk membangun Jembatan Ampera sudah ada sejak tahun 1906 saat Belanda masih berkuasa. Namun, pembangunan hanya terlaksana pada tahun 1962. 
Biaya pembangunan diambil dari perampasan perang Jepang dan jembatan tersebut diresmikan pada tahun 1965. Ide untuk membangun Jembatan Ampera sempat tenggelam sebelum muncul kembali pada masa kemerdekaan, dengan usulan dari DPRD Peralihan Kota Besar Palembang pada sidang pleno 29 Oktober 1956.

Panjang Jembatan Ampera

Panjang Jembatan Ampera adalah sekitar 1.117 meter, dengan ketinggian 11,5 m diatas ketinggian air dan tinggi menara mencapai 63 m dari tanah. Antar menara memiliki jarak 75 m, dengan berat jembatan berkisar 944 ton. 
 Jembatan ini terdiri dari dua jalur lalu lintas yang terpisah, satu jalur untuk arus lalu lintas dari kota ke selatan kota dan satu jalur lainnya untuk arus lalu lintas dari selatan kota ke kota. Jembatan ini menjadi salah satu jembatan terpanjang di Indonesia pada saat dibangun.
Semoga bermanfaat

Keistimewaan Jembatan Ampera Dulu

Jembatan Ampera dulu dilengkapi dengan sistem angkat yang memungkinkan bagian tengah dan ujung jembatan untuk dinaikkan, sehingga kapal yang lewat di bawahnya tidak tersangkut. Bagian tengah jembatan dapat dinaikkan dengan peralatan mekanis, yaitu dua bandul pemberat seberat 500 ton masing-masing di dua menaranya. 
Kecepatan pengangkatannya sekitar 10 meter per menit dan waktu yang dibutuhkan untuk mengangkat penuh jembatan sekitar 30 menit. Ketika bagian tengah jembatan dinaikkan, kapal dengan lebar 60 meter dan tinggi 44,50 meter dapat melewati Sungai Musi. 
Sumber: Dimas Agung Saputra
Namun, jika bagian tengah jembatan tidak dinaikkan, tinggi kapal maksimum yang dapat melewati Jembatan Ampera hanya sekitar sembilan meter dari permukaan air. Sejak tahun 1970, sistem angkat jembatan ini tidak digunakan lagi karena dianggap mengganggu arus lalu lintas di atas jembatan. 
Pada tahun 1990, kedua bandul pemberat di menara jembatan diturunkan untuk mencegah jatuhnya beban pemberat tersebut.

Referensi

  • https://palembang.go.id
  • https://id.wikipedia.org
LihatTutupKomentar